Jumat, 28 Oktober 2016


                            PEMIMPIN PANCASILAIS

PEMIMPIN GENERASI MUDA IDAMAN BANGSA
Pemimpin belum tentu ketua dan ketua pun belum tentu bisa menjadi pemimpin yang baik, pemimpin dalam pengertiannya menurut Pancasila bahwa pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntut, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah: Tut Wuri Handayani: pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya berani berjalan didepan dan sanggup bertanggung jawab. Ing Madya Mangun Karsa: Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi kepada orang-orang yang dibimbingnya.
Lalu pemimpin dalam Islam harus memimpin di usia muda dan di idamkan oleh bangsa. Dalam ajaran Islam ternyata sangat jelas dang kongkrit bahwa semua manusia adalah pemimpin, seperti dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30. (GAMALEL R.S 2015)

Terdapat 11 karakteristik yang harus dimiliki dan yang dapat mencerminkan kepemimpinan Pancasilais:

Karakteristik yang pertama adalah Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi ciri seseorang pemimpin Pancasilais. Kesadaran beragama dan keimanan, akan menjadikan orang tidak merasa lebih tinggi dari orang lain, sehingga akan timbul rasa kasih sayang dan rasa persadaraan terhadap sesama. (arihdyacaesar 2016)
Karakteristik yang kedua yaitu pemimpin harus Memberikan Teladan atau contoh yang baik kepada bawahan. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berani berjalan di depan, dengan keberanian dan tekad yang tinggi seorang pemimpin berani untuk bekerja lebih daripada bawahannya yang dapat menjadi panutan. (arihdyacaesar 2016)
Karakteristik yang ketiga seseorang pemimpin harus dapat Membangun Motivasi dan Kemauan. Pemimpin mempunya peran untuk tetap memberikan dorongan kepada bawahannya sebagai penyemangat dalam kinerja. (arihdyacaesar 2016)
Memberikan Kekuatan merupakan dari sesorang pemimpin Pancasilais yang keempat dari seorang pemimpin Pancasila. Maksudnya yaitu seseorang pemimpin harus memberikan kesempetan kepada bawahan untuk bisa mandiri dalam berkarya dan berkreasi dalam kinerjanya. (arihdyacaesar 2016)
Karakteristik yang kelima adalah Waspad dan berkuasa Pemimpin harus mempunyai ketajaman penglihatan dan bisa meramalkan masa depan, sehingga nantinya dapat mempengaruhi segala tindakan dan keputusan yang diambil.
Selanjutnya masuk kedalam karakteristik yang keenam, yaitu pemimpin harus Mempunyai Sifat-sifat Terpuji. Murah hati, dermawan, mulia, murni dan baik hati merupakan cerminan akhlak dari seseorang pemimpin Pancasila yang menjunjung tinggi nilai dan norma luhur dari Pancasila.
Bersifat Sederhana merupakan karakteristik yang ketujuh. Pemimpin harus bersifatsederhana, terus terang, blak-blakan, tulus, lurus, ikhlas, benar, mustakim dan toleran. Dengan semua sifat-sifat tersebut bisa mencerminkan seorang pemimpin yang tidak berlebih-lebihan baik dalam gaya hidup atau hal yang lainnya. (arihdyacaesar 2016)
Karakteristik yang kedelapan adalah Setia. Pemimpin Pancasila selalu setia dengan apa yang keluar dari mulutnya. Banyak bukti dari pada janji yang tersebar dimana-mana. (arihdyacaesar 2016)
Karakteristik kesembilan yaitu Hemat, Cermat dan Hati-hati. Prmimpin pancasilais selalu hemat dalam arti efektif dan efisien dalam kinerjanya, selalu berbuat yang benar dan tepat, tidak membuang waktu, tenaga dan pikiran untuk hal yang kurang penting (arihdyacaesar 2016).
Karakteristik yang kesepuluh adalah Terbuka atau Komunikatif. Pemimpin Pancasila harus bersifat terbuka, baik itu terbuka dalam konteks menerima semua gagasan, ide dan pendapat dari bawahan, ataupun terbuka dalam menginformasikan segala aspekyang berkaitan dengan bawahannya.
Karakteristik yang kesebelas yaitu seorang pemimpin harus bersifat Legawa (rela, tulus dan ikhlas). Pemimpin Pancasila akan selalu bersifat legawa dalam menyikapi suatu hal. Selalu memaafkan kepada pihak yang bersalah dan tidak menyimpan rasa dendam sedikitpun.(arihdyacaesar 2016)

INTISARI DARI MAKNA SEBUAH PERJUANGAN BANGSA

Bangsa Indonesia bangkit dan lahir melalui sejarah perjuangan yang panjang dari masyarakat bangsanya yang pernah mengalami derita dan kesengsaraan tak kunjung padam dengan dijajahnya rakyat bumi Nusantara oleh Belanda selama tiga setengah abad dan tiga setengah tahun oleh penjajah Jepang yang sangat kejam, dengan penindasan lahir batin, baik mental, materiil, kehancuran dibidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan sehingga kejayaan yang dimiliki rakyat dibumi pertiwi ini termasuk sisa-sisa kejayaan nasional Nusantara yang megah pada saat itu, seperti kerajaan Sri Wijaya dan Majapahit seolah hilang ditelan bumi, tanpa kesan, dan menjadi hancur luluh.(PANDJI SETIJO 2016:2-3)

FOUNDING FATHERS AND FOUNDING MOTHERS

Founding fathers and founding mothers adalah para tokoh pejuang bangsa yang telah berjuang dengan gigih membela bangsa dan negara serta berjuang semaksimal mungkin dalam membebaskan bangsa dari belenggu penjajah, baik Belanda maupun Jepang untuk menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat. Semangat dan pengorbanan dari para pendahulu harus bisa menjadi keteladanan bagi kita sebagai generasi penerusnya. Kita bisa tetap menghormatinya, dalam arti meneruskan daya juang serta sifat-sifat luhur yang tanpa pamrih ingin mengajak bangsa ini tetap maju berjuang demi tercapainya kehidupan bangsa yang sejahtera dan berkeadilan.(PANDJI SETIJO 2011:5-7)
Para pendahulu juga merupakan tokoh-tokoh pendiri negara yang tentunya semakin hari semakin jauh dengan para generasi penerusnya yang semakin jauh jarak dan waktu diantara keduanya, generasi penerus akan bisa mewarisi negara dan tanah air ini dengan semangat perjuangan yang sama, setidaknya mendekati apa yang telah dilakukan oleh founding fathers dan founding mothers. Hal tersebut, dapat dilakukan tanpa meninggalkan identitas barunya yang semakin luas dan global serta semangat menggalang persatuan dan kesatuan seluruh lapisan bangsa pembela tanah air negri ini. Para generasi penerus harus sanggup menjaga serta mengemban segenap tugas dan tanggung jawab yang selama ini belum terselesaikan.(PANDJI SETIJO 2011:5-7)
Sebagai bangsa yang tak kenal menyerah dan berjiwa nasionalisme yang tinggi, dengan berbekal moral yang telah kita miliki semenjak lahir, kita kembangkan etika serta tingkah laku yang baik dalam kehidupan bangsa maka sedikit pun kita tidak boleh melupakan atau tidak menghargai hasil jerih payah nenek moyang kita, terutama dalam perjuangan masa lalu, seperti melawan dan menyingkirkan penjajah dari tanah air agar kita dapat mewujudkan cita-cita bangsa yang kita idam-idamkan sejak lama. Dengan landasan dasar kehidupan yang sah serta rasa persatuan dan kesatuan yang erat, telahterbina semenjak kelahiran Sumpah Pemuda pada tanggal, 28 Oktober maka kita telah bersepakat untuk tetap berkehidupan kebangsaan, perasaan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yang akhirnya akan tetap menjaga dan memelihara kehidupan bersama dalam satu wadah negara Republik Indonesia dari Sabang sampai Meraoke.(PANDJI SETIJO 2011:5-7)

KEPELOPORAN KIAI DAHLAN

Kiai Ahmad Dahlan (pahlawan nasional) sebagai pelopor penempatan pendidikan modern (sekolah) sebagai strategi pemberdayaan pengembangan kemampuan warga negari ini untuk memainkan peran dalam ranah publik secara berarti. Kepeloporan Kiai Ahmad Dahlan tersebut juga dapat dilihat dari pertimbangan penetapan beliau sebagai Pahlawan Nasional, yang antara lain sebagai berikut:.(ABDUL MUNIR MULKHAN 2015:46-48)

Kiai Ahmad Dahlan mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;.(ABDUL MUNIR MULKHAN 2015:46-48)

Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikan, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, berdasar iman dan Islam;
Muhammadiyah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang umat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa Islam;.(ABDUL MUNIR MULKHAN 2015:46-48)

Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat pria.(ABDUL MUNIR MULKHAN 2015:46-48).
Dalam pandangan Kiai Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak cukup hanyan diyakini kebenarannya, tapi harus bisa dibuktikan dalam tindakan memecahkan persoalankehidupan sehari-hari. Muhammadiyah bagi Kiai Ahmad Dahlan adalah gerakan yang diorientasikan bagi pembuktian keyakinan atas kebenaran ajaran Islam itu.(ABDUL MUNIR MULKHAN 2015:46-48)

PEMBELA KAUM PROLETAR (WONG CILIK) YANG TERLUPAKAN

Kiai Ahmad Dahlan mengembangkan praksis gerakan pemihakan kaum pinggiran yang miskin, tertindas dan menderita. Penolong Kesengsaraan Umum (PKO), Rumah Miskin, Penolong Korban Bencana, Pondok Pemuda Gelandangan (Fathul Asror Miftahus Syadaah), Panti Asuhan, Sekolah dan Rumah Sakit diselanggarakan secara gratis bagi semua warga bangsa (Cina, Belanda, Arab, Jawa dan Hindia Timur).(ABDUL MUNIR MULKHAN 2015:54-55)
Semua amal usaha dilakukan dengan satu tujuan bagaimana pribumi memiliki akses pada media mobilitas sosial melalui pendidikan sekolah, panti asuhan bagi yang tidak memiliki lagi orang tua, rumah sakit bagi yang penyakitan, pelatihan keterampilan kerja bagi kaum miskin, penyadaran nasib bagi pemuda gelandangan melalui Pondok Fathul Asror Miftahus Saadah di tengah tekanan penjajahan, sementara kekuasaan Islam terus menerus mengalami degradasi. (ABDUL MUNIR MULKHAN 2015:54-55)

MEMIMPIN DENGAN HATI

MELAYANI masyarakat adalah prinsip kepemimpinan Kang Yoto yang selalu dipegang. Bagi Kang Yoto, memimpin atau menjadi pemimpin sejatinya bersedia melayani masyarakat luas (banyak) bukan dilayani. Kalau maunya dilayanin bukan sifat pemimpin, tapi “juragan dan majikan”. Menjadi pemimpin itu melayani orang yang dipimpin, bukan sebaliknya rakyat melayani.
Kang Yoto melayani tiap tamu tanpa membedakan siapa tamu tersebut. Semua urusan dilayani sekalipun beberapa saat karena banyaknya antrian tamu yang berkepentingan bertemu. Kang Yoto sebagai pemimpin berprinsip mengayomi, saat rakyat tidak boleh diperlakukan seperti sapi perah atau budak, diperlakukan semena-mena. Rakyat tidak boleh menderita sementara pemimpin mulyo.
Mengayomi ialah prinsip kepemimpinan yang diterapkan Kang Yoto di Bojonegoro. Tidak hanya ucapan, tetapi menjadi praktek dalam pengambilan kebijakan.(ABDUL MUNIR MULKHAN 2016:209-211)
Bagian akhir dari tipologi memimpin yang dilakukan Kang Yoto, ialahmencerahkan, karena memimpin berarti mendidik dalam makna sesungguhnya. Mendidik bukan hanya dibangku sekolah, tapi lebih luas membuat kebijakan, mendengarkan aspirasi masyarakat, mengkoreksi kebijakan, menilai kebijakan merancang kebijakan agar sesuai dengan tujuan pemerintah. (ABDUL MUNIR MULKHAN 2016:209-211)

Penulis Hania, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka



1 komentar:

  1. Sunset Casino Resort - Sydney, Australia
    Sunset Casino Resort is a 샌즈 카지노 주소 modern casino hotel and destination in Sydney, Australia. The hotel is located at the foot of the road, with a fitness centre, a

    BalasHapus